Ads

Thursday, 8 May 2014

Seperti ini?

Kamu pernah kebayang ga gimana rasanya hidup di ibukota?
Siang malam selalu terang, siang malam selalu ramai, siang malam selalu sama.
Warna-warninya lampu kota, tingginya gedung pencakar langit.

Ibukota yang kudengar selalu indah,
Aku menyukai keindahan, dan ibukota adalah salah satunya, menurutku.

Aku, si perantau dari desa terpencil nekat datang ke ibukota. Aku juga mau menikmati indahnya ibukota.

Dengan bermodalkan beberapa lembar uang dan baju yang kupikir masih layak untuk dipakai aku mencoba peruntunganku di ibukota.

Aku berangkat di sore hari agar paginya aku sudah bisa melihat ibukota.
Disana, di ibukota, aku harus mandiri, tidak ada seorangpun yang aku kenal.
Dalam perjalanan menuju ibukota aku kembali melihat secarik kertas Koran berisi alamat rumah, tempat tinggalku nantinya.

Tuhan, lindungi aku sampai di ibukota.

Perjalanan yang melelahkan berakhir juga, aku sudah sampai di ibukota.

Ini hari Senin, hari yang lumayan sibuk di desaku, ternyata disini juga.
Disini aku masih belum melihat gedung-gedung pencakar langit yang tempo hari kulihat di tv tetanggaku. Disini kumuh, panas, terlalu ramai dan membuatku tak nyaman.

Aku menepi ke sebuah warung kecil, perutku lapar tapi yang kulihat disini hanya ada mie instan, makanan yang dianggap istimewa di kampungku. Pagi ini aku sarapan mie instan, sama seperti orang ibukota. Setelah selesai makan dan membayar, tak lupa aku tanyakan alamat calon tempat tinggalku kepada pemilik warung. Lokasinya jauh dari sini, katanya kalau dari sini aku harus naik ojek menuju terminal. Aku menuruti perkataan pemilik warung itu. Sampai di terminal itu aku menaiki sebuah bus besar, sama besarnya seperti bus yang membawaku ke ibukota. Kata pemilik warung tadi aku masih harus menaiki bus yang seperti ini dua kali lagi. Perjalanan yang cukup jauh bukan.

Sudah dua terminal ku lewati dan ini bus terakhir yang akan membawaku ke calon tempat tinggalku.

Selama perjalanan menuju ke calon tempat tinggalku, aku disuguhi pemandangan ibukota, dari yang mewah sampai yang kumuh. Inikah yang sebenarnya? Seperti inikah ibukota? yang ku tahu ibukota itu indah apalagi dengan gedung pencakar langitnya.

Turun dari bus yang ku naiki aku kembali menanyakan alamat yang ku cari, ibukota memang selalu ramai, selalu ada orang disetiap tempat. Katanya orang yang barusan ku Tanya, aku harus menaiki satu angkot lagi agar bisa sampai di tempat tujuan.

Aku menurutinya, entah mengapa aku jadi penurut.

Aku sampai ditujuan, apa yang kulihat benar-benar tak terduga. Bukan sebuah rumah seperti yang ada di secarik kertas yang ku bawa, ini berbeda, sangat berbeda. Rumah yang tampak didepanku adalah sebuah rumah tua yang sepertinya tak terurus. Bahkan aku tak yakin apakah rumah ini berpenghuni atau tidak.nAku coba cocokan lagi antara alamat yang ku bawa dengan alamat rumah ini. Sama.

Aku berjalan mendekati rumah ini, membuka pagar besi yang sudah berkarat, menapaki jalan berbatu yang tentu saja bertaburan daun-daun kering. Aku sampai di depan pintu, kulihat di meja teras ada sebuah cangkir bekas kopi dan juga Koran hari ini, syukurlah, setidaknya rumah ini memang berpenghuni.
Pintu ku ketuk, sekali, dua kali, tiga kali, tak ada balasan.
Aku menunggu sebelum akhirnya ku putuskan untuk mengetuk kembali.
Satu kali, dua kali kuketuk dan aku mendengar suara seorang wanita, “siapaaaa…” terdengar cempreng ditelingaku.

Pintu terbuka, muncul seorang wanita paruh baya dengan masih mengenakan pakaian tidur. Oh jam berapa ini? Mengapa orang ibukota masih mengenakan piyama pukul segini.

“siapa ya?” suara wanita itu membuyarkan pikiranku tadi.
“emm, ini aku, yang waktu itu mengirim surat untuk tinggal disini…” kataku gugup.
“ooooohh… kamu ya! iya..iya… saya ingat, mari masuk.”
Dia mempersilakan masuk dan duduk di ruang tamunya.
“sebentar, aku ambilkan minum, kamu mau minum apa? Ada teh, kopi, jus…”
“air putih saja, bu.”
Dia pergi sebentar dan membawakanku air putih beserta cemilan, sepertinya keripik singkong. Lalu setelah aku minum, dia mulai menanyaiku dengan berbagai pertanyaan.
Ibu rumah yang ramah, menurutku.
Setelah selesai berbasa-basi dia membawaku menuju ke sebuah kamar, letaknya di pojok, ada dua pintu yang sejajar denganku.

18/12/2013 13:37



No comments:

Post a Comment