Kamu
pernah kebayang ga gimana rasanya hidup di ibukota?
Siang
malam selalu terang, siang malam selalu ramai, siang malam selalu sama.
Warna-warninya
lampu kota, tingginya gedung pencakar langit.
Ibukota
yang kudengar selalu indah,
Aku
menyukai keindahan, dan ibukota adalah salah satunya, menurutku.
Aku,
si perantau dari desa terpencil nekat datang ke ibukota. Aku juga mau menikmati
indahnya ibukota.
Dengan
bermodalkan beberapa lembar uang dan baju yang kupikir masih layak untuk
dipakai aku mencoba peruntunganku di ibukota.
Aku
berangkat di sore hari agar paginya aku sudah bisa melihat ibukota.
Disana,
di ibukota, aku harus mandiri, tidak ada seorangpun yang aku kenal.
Dalam
perjalanan menuju ibukota aku kembali melihat secarik kertas Koran berisi
alamat rumah, tempat tinggalku nantinya.
Tuhan,
lindungi aku sampai di ibukota.
Perjalanan
yang melelahkan berakhir juga, aku sudah sampai di ibukota.
Ini
hari Senin, hari yang lumayan sibuk di desaku, ternyata disini juga.
Disini
aku masih belum melihat gedung-gedung pencakar langit yang tempo hari kulihat
di tv tetanggaku. Disini kumuh, panas, terlalu ramai dan membuatku tak nyaman.
Aku
menepi ke sebuah warung kecil, perutku lapar tapi yang kulihat disini hanya ada
mie instan, makanan yang dianggap istimewa di kampungku. Pagi ini aku sarapan
mie instan, sama seperti orang ibukota. Setelah selesai makan dan membayar, tak
lupa aku tanyakan alamat calon tempat tinggalku kepada pemilik warung.
Lokasinya jauh dari sini, katanya kalau dari sini aku harus naik ojek menuju
terminal. Aku menuruti perkataan pemilik warung itu. Sampai di terminal itu aku
menaiki sebuah bus besar, sama besarnya seperti bus yang membawaku ke ibukota.
Kata pemilik warung tadi aku masih harus menaiki bus yang seperti ini dua kali
lagi. Perjalanan yang cukup jauh bukan.
Sudah
dua terminal ku lewati dan ini bus terakhir yang akan membawaku ke calon tempat
tinggalku.
Selama
perjalanan menuju ke calon tempat tinggalku, aku disuguhi pemandangan ibukota,
dari yang mewah sampai yang kumuh. Inikah yang sebenarnya? Seperti inikah
ibukota? yang ku tahu ibukota itu indah apalagi dengan gedung pencakar
langitnya.
Turun
dari bus yang ku naiki aku kembali menanyakan alamat yang ku cari, ibukota
memang selalu ramai, selalu ada orang disetiap tempat. Katanya orang yang
barusan ku Tanya, aku harus menaiki satu angkot lagi agar bisa sampai di tempat
tujuan.
Aku
menurutinya, entah mengapa aku jadi penurut.
Aku
sampai ditujuan, apa yang kulihat benar-benar tak terduga. Bukan sebuah rumah
seperti yang ada di secarik kertas yang ku bawa, ini berbeda, sangat berbeda.
Rumah yang tampak didepanku adalah sebuah rumah tua yang sepertinya tak
terurus. Bahkan aku tak yakin apakah rumah ini berpenghuni atau tidak.nAku coba
cocokan lagi antara alamat yang ku bawa dengan alamat rumah ini. Sama.
Aku
berjalan mendekati rumah ini, membuka pagar besi yang sudah berkarat, menapaki
jalan berbatu yang tentu saja bertaburan daun-daun kering. Aku sampai di depan
pintu, kulihat di meja teras ada sebuah cangkir bekas kopi dan juga Koran hari
ini, syukurlah, setidaknya rumah ini memang berpenghuni.
Pintu
ku ketuk, sekali, dua kali, tiga kali, tak ada balasan.
Aku
menunggu sebelum akhirnya ku putuskan untuk mengetuk kembali.
Satu
kali, dua kali kuketuk dan aku mendengar suara seorang wanita, “siapaaaa…”
terdengar cempreng ditelingaku.
Pintu
terbuka, muncul seorang wanita paruh baya dengan masih mengenakan pakaian
tidur. Oh jam berapa ini? Mengapa orang ibukota masih mengenakan piyama pukul
segini.
“siapa
ya?” suara wanita itu membuyarkan pikiranku tadi.
“emm,
ini aku, yang waktu itu mengirim surat untuk tinggal disini…” kataku gugup.
“ooooohh…
kamu ya! iya..iya… saya ingat, mari masuk.”
Dia
mempersilakan masuk dan duduk di ruang tamunya.
“sebentar,
aku ambilkan minum, kamu mau minum apa? Ada teh, kopi, jus…”
“air
putih saja, bu.”
Dia
pergi sebentar dan membawakanku air putih beserta cemilan, sepertinya keripik
singkong. Lalu setelah aku minum, dia mulai menanyaiku dengan berbagai
pertanyaan.
Ibu
rumah yang ramah, menurutku.
Setelah
selesai berbasa-basi dia membawaku menuju ke sebuah kamar, letaknya di pojok,
ada dua pintu yang sejajar denganku.
18/12/2013 13:37
No comments:
Post a Comment