Aku udah biasa pake masker selama dalam perjalanan dan ketika sakit flu dan batuk.
Selama pandemi ini setiap kali keluar rumah aku pake masker walau untuk pergi dalam jarak dekat. Di tempat kerja pun aku terus menggunakan masker.
Rasanya kadang ga nyaman, bagian pipi dan hidung kadang terasa sakit.
Berangkat kerja pake masker, sampe tempat kerja lalu cuci tangan dan ganti masker.
Tiba jam makan siang aku lepas masker untuk makan siang, sangat berusaha makan secepatnya lalu ganti masker. 3 jam kemudian, makan sore dan ganti masker lagi.
Lalu sebelum pulang aku ganti masker lagi.
Tadinya sih pake masker kain karena kalau masker sekali pakai rasanya masih mahal.
Udah ganti sesering itu. Tapi semakin lama semakin tidak nyaman dengan masker kain apapun bentuknya. Akhirnya beralih ke masker sekali pakai. Kebetulan di saat itu harga masker sudah turun.
Harga masker non medis sekarang seharga masker medis tahun-tahun kemarin. Aku pilih masker non medis, menyesuaikan budget.
Pake masker bikin jerawatan ga sih? Di wajahku sih jelas bikin jerawatan.
Wajahku rada sensi sama panas. Kalau pakai helm half face dengan kaca tertutup saja udah bikin wajahku sensi.
Jadi kalau naik motor dan pakai helm aku pake masker dan kaca mata, dengan kaca helm terbuka.
Jadi ketika menggunakan masker seharian tuh wah beban banget ke mukaku. Biarpun aku sering ganti masker tapi tetap saja, engap, wajahku ga kuat. Tapi aku ga mau kena covid19, jadi wajah, sabar ya, maaf kamu ku korbankan.
Aku mulai kembali bekerja sejak akhir tahun lalu. Dompet makin tipis soalnya. Sejak bulan Maret sampai akhir tahun 2020 aku di rumah aja. Selama itu aku tak berpenghasilan, sementara pengeluaran jalan terus. Aku salah sangka, ku pikir pandemi akan sebentar, jadi dengan dalih self rewards, aku hedon. Lalu ku sesali, karena pandemi belum berakhir juga.
Aku kembali bekerja.
Cuci tangan, ini bukan hal baru sih.
Hand sanitizer juga bukan hal baru. Aku selalu membawanya sebelum pandemi hadir.
Jaga jarak.
Aku penyendiri.
Jaga jarak sudah biasa.
Protokol kesehatan bisa dengan mudah ku terapkan ke diriku sendiri.
Tapi susahnya minta ampun ketika diterapkan ke orang lain. Menurutku prokes ini mudah. Tapi mudah hanya untuk ku terapkan sendiri kepada diriku.
How to deal dengan orang-orang yang ga nurut? Ga bisa kita jauhi karena kita berada dalam lingkup yang sama yang tak mungkin terpisahkan.
Jadi aku nerapin prokes sendiri. Biarin aja diledek dan disindir. Ga mau ku pikirin ledekan dan sindiran itu.
Kadang geram sih sama orang yang mau ikut prokes. Ditegur juga tetep aja kambuh lagi. Haaaaa haaaa haaaa haaaa. Sia-sia.
Prokes hanya berlaku di pintu masuk. Setelahnya bebas...lepas masker, ga jaga jarak. Hehe yang penting udah lewatin pintu masuk ya. Ditegur juga malah ngetawain yang negur. He he he he.
Ya ampun geram banget ngeliatnya. Aku geram setiap saat.
Pake masker tuh engap, bikin jerawatan, mengurangi kerupawanan haha padahal orang cakep kalo pake masker tetap terlihat cakep ya. Aku mah engga.
Haha berarti aku ga cakep.
Ok thank you, membuatku tersadar.
Aku pengen keliatan rupawan dan masker ini menghalangiku.
Menjelang 2 tahun ini rasanya aku tak menampakkan diriku. Hampir 2 tahun ini bukan diriku. Aku ga seperti ini. Oh no. Usiaku bertambah hampir 2 tahun padahal aku merasa aku belum ngapa-ngapain. Aaaa pandemi kembalikan umurku!!!
Pengen banget lepas masker, udahlah muka jerawatan, menutupi kerupawanan, engap, banyak alesan tapi aku terlalu takut dengan virus ini. Jadi tetap saja aku menggunakan masker. Aku sering dengar kalau virus ini menyerang ketika kita sedang lengah. Jadi di saat ingin-inginnya melepas masker seperti orang lain, aku khawatir virusnya datang kepadaku. Jadi ya sudahlah. Kenakan masker.
Begitu sampai rumah setelah pulang kerja, aku langsung mandi. Seger banget. Terus makan malam.
Yah gini lah kegiatanku sampai saat ini, pertengahan 2021.