Ini masih menjadi perang batin dalam diriku. Ah biar ku ingat - ingat...
Dulu...
Ketika masih sekolah, kelas 10 sepertinya, aku pernah mempunyai keinginan untuk menikah muda. Sebelum usia 25 seharusnya aku sudah menikah, menjalankan kehidupan berumahtangga, lalu punya anak. Seiring berjalannya waktu, aku tidak ingin terlalu cepat menikah. Berbagai pertimbangan, kenyataan pada mereka yang telah berumahtangga dan segala macam masalahnya di sekitarku membuatku mempertimbangkan kembali untuk cepat menikah. Sampai di tahun terakhir aku bersekolah, ada seseorang yang ingin menikahiku. Oh no! Gue ga mau, kaga kenal juga! Dan gue ga mau kenalan! Big no!
Saya stres. Nilai anjlok. Ini kalo orangnya ngajak nikah bilang dulu ke saya, saya ga akan sekaget ini, tetep bakal ku tolak sih. Tapi ini udah omongannya antar keluarga. Gila aja lulus sekolah gue diajak nikah. No no no!!!
Waktu menjelang kelulusan juga guruku bilang "jangan mau - mau aja langsung nikah setelah lulus, nikah tuh enaknya satu malem atau satu hari aja, sisanya sepanjang hidup itu tanggung jawab. Cari pengalaman dulu, kerja dulu, balas budi ke orang tua, siapkan mental dulu. Dipikir-pikir dulu pokoknya. "
Kala itu belum serame sekarang ya ajakan nikah muda. Malah dulu zamannya iklan batas umur nikah perempuan itu 21 tahun dan laki - laki 25 tahun.
Ok, walau guruku gatau permasalahanku tapi aku seperti mendapat dukungan untuk tidak segera menikah.
Tapi kalau tidak menikah aku ngapain dong?
Masih aja ya kepikiran nikah. Pokoknya setelah aku sudah cukup siap aku akan menikah. Ku saat itu suka banget ngeliat iklan Mowilex yang pake lagunya Citra S. Bangun pagi - pagi, bangunin suami, terus sembari suami mandi akunya nyiapin sarapan buat dia dan anak kami. Lalu bangunin anak kami. Abis itu sarapan bareng. Terus sama anak nganter suami ke teras buat berangkat kerja, terus cium tangan, cipika cipiki sama suami sebelum berangkat. Setelah suami berangkat beres - beres rumah, berhubung anak belum sekolah jadi agak nyantai. Seharian sama anak. Menjelang sore mulai masak malem buat makan bersama terus menanti suami pulang. Uwwwwhhh khayalanku. Sampe sekarang sih kalo nikah pemikiranku bakal begini. Berbakti untuk keluarga, untuk suami, anak.
Tapi tahun demi tahun berlalu, hidup makin susah. Aku makin realistis bahwa nikah itu mahal dan aku harus benar - benar siap mental. Iya ga cuma finansial aja tapi mental juga kudu siap. Aku mulai berpikir bahwa aku juga harus bekerja agar kelak suamiku tidak menanggung semuanya sendiri. Aku harus membantunya. Anak tentu saja tetap ku urus, kan aku carinya kerjaannya yang bisa tetep bareng anak.
Lalu sampailah aku pada sebuah percakapan,
"Paling umur 27an saya nikah..."
Hm kita kan seumuran, tapi nanti di umur segitu apa saya masih layak untuk dia? Belum lagi yang ku tau laki - laki itu kebanyakan sukanya yang lebih muda dari dia. Lha aku aja seumuran. Insecure. Saya insecure. Jadi malah mikir - mikir berkali - kali, apakah benar saya ingin menikah? Kok saya jadi ga tertarik untuk menikah karena ga pede di usia segitu untuk dia.
Ya ampun, kenapa sih saya cuma bisa ngeliat 1 laki - laki aja. Udah bertahun - tahun lamanya, ketemu berbagai macam lelaki, tapi kok ya di mata saya cuma dia yang benar - benar ada. Ayo sadar, kemungkinan dia untuk memilih diriku terlalu kecil. Aku seharusnya tak banyak berharap. Dan mulai mengurangi khyalan - khayalanku untuk hidup bersamanya.
Iya dari semenjak sekolah saya memang single. Yang saya omongin ya sebatas ada di pikiran saja.