Ads

Thursday 8 May 2014

KANCIL

Dulu ini tugas Bahasa Indonesia, gue gatau deh kenapa gue nulis ini.

Si Kancil
Tokoh :
- Kancil : cerdas namun licik
- Petani : suka bercocok tanam, pemarah
- Monyet : mudah ditipu, polos
- Orang-orangan sawah : setia kepada petani, jujur
- Kambing : tidak mudah tertipu

Suatu hari di sebuah ladang yang subur, hidup seorang petani yang sangat suka dan menyayangi semua tanaman yang ia tanam. Setiap hari ia selalu merawat dan menyirami semua tanamannya. Tidak lupa ia memupuk tanamannya setiap minggu agar semua tumbuhan, baik sayuran atau buah-buahan dapat ternutrisi dan tumbuh dengan baik.

Petani : “ Sayuran dan buah-buahanku lekaslah kalian tumbuh subur. Jangan mengecewakanku ya.” (sambil menyiram tanaman)

Setiap hari petani selalu memeriksa semua sayuran dan buah-buahan yang ada diladang, jika ada yang tidak beres maka ia akan cepat-cepat membereskannya.
Sayuran dan buah-buahan yang ditanam petani pun tumbuh subur, petani hanya tinggal menunggu saat panen tiba.

Namun, dibalik kesenangan petani… tersimpan kesengsaraan di luar ladang. Ternyata di luar ladang tidak banyak sayuran dan buah-buahan bisa tumbuh. Ini dikarenakan limbah dari pupuk yang digunakan oleh petani. Hewan – hewan di luar ladang pun banyak yang kelaparan, salah satunya Kancil dan teman-temannya.

Di balik semak-semak kancil dan teman-temannya mengintip ke arah ladang petani yang ditumbuhi sayuran dan buah-buahan dengan subur. Semua yang ada di ladang terlihat nikmat sekali. Apalagi kancil dan teman-temannya memang sudah kelaparan, sudah dua hari mereka tidak makan. Dengan melihat semua sayuran dan buah-buahan yang ada diladang, kancil pun memiliki ide bagus.

Kancil : “Lihat itu, ada banyak makanan di sana. Wow menggoda sekali. Pasti rasanya sangat enak.” (sambil menjilat-jilat bibirnya) “Aku harus mendapatkannya !”
Kambing : “Bagaimana caranya ncil?”
Kancil : “Itu soal mudah, hanya tinggal mengambil. Kita ngambilnya pas malem. Kan si Petani udah tidur tuh terus di ladang engga ada yang jaga.”
Monyet : “Tapi kan ada yang jaga. (sambil menunjuk) Tuh si Orang-orangan sawah.”
Kancil : “Tenang aja kali, si Orang-orangan sawah kan ga bisa ngejar kita. Kalo dia berani macem-macem tinggal kita sambit aja.”

Si kancil pun mulai mempersiapkan semuanya, dari mulai cara agar ia bisa masuk ke ladang dengan aman dan peralatan apa saja yang akan dia bawa. 
Si kancil pun mendapatkan ide bagus. Segera saja ia menyiapkan peralatannya juga.

Dengan membawa peralatan yang telah kancil siapkan, ia pun masuk mengendap-ngendap menuju ladang petani. Dari balik pohon ia melihat kalau orang-orangan sawah sudah terlihat mengantuk. Perlahan tapi pasti kancil pun berhasil masuk ke dalam ladang. Ia bisa memasuki ladang dengan mudah karena si orang – orangan sawah sudah tertidur. Kancil pun mengambil banyak sayuran dan buah-buahan dari ladang petani.
Pagi harinya kancil memberikan makanan yang ia dapat dari ladang petani kepada teman-temannya.

Kancil : “liat nih, aku dapat banyak makanan.”(sambil memamerkan kantong yang penuh makanan)
Kambing : “ kok bisa?”
Kancil : “Bisa dong, gue gitu loh, emangnya elu!” (kancil meremehkan si kambing)
Kancil pun membagi makanan kepada si kambing, lalu datanglah si Monyet.
Monyet : “wah makan enak nih ! Eh kok gue ga dibagi sih?”
Kancil : “pengen banget dibagi ya? Hahaha”(kancil tertawa)
Monyet : (dengan muka kesal) “gila lu, gitu banget sama gue.”
Kanci l : “yaelah gitu aja ngambek, nih gue bagi.” (sambil menyodorkan kantong berisi makanan)

Sementara di ladang, semuanya terlihat kacau. Banyak sayuran yang terinjak-injak dan buah-buahan yang hilang dari pohonnya. 
Orang-orangan sawah : (kaget saat membuka matanya) “ada apa ini? Oh tidak ! sayuranku apa yang terjadi? (lalu melihat ke arah pohon) buah-buahannya juga tidak ada. (semakin panik) Matilah aku! (sambil menepuk jidat)

Petani berjalan tenang dan santai menuju ke ladang. Namun sesampainya di ladang, ia kaget bukan main. Keadaan ladangnya sungguh kacau.

Petani : (dengan wajah kaget) “Ya ampun…ya ampun (sambil menutup kedua mata dengan telapak tangannya untuk memastikan kalau ia salah lihat. Kemudian ia kembali membuka matanya namun apa yang dilihatnya tetap sama, kacau.)

Petani tak percaya dengan apa yang dilihatnya, kemudian ia menuduh orang-orangan sawah yang telah melakukannya.

Petani : (menunjuk orang-orangan sawah) “heh kamu, pasti ini perbuatanmu ya? Tega benar engkau ! tak habis pikir aku, baru saja ku berikan kau baju baru tapi inikah BALASANMUUU ! (mulai berteriak)
Orang-orangan sawah : (ketakutan) “a…a…am..mpun petani. Bukan aku yang melakukannya. Aku tidak mungkin melakukan ini.”
Petani : “ALASAN SAJA KAU INI !(membentak orang-orangan sawah)

Karena tak tahan melihat keadaan yang kacau ini, petani pun bergegas meninggal ladang untuk mengambil peralatan untuk memperbaiki ladangnya yang rusak.

Sementara si orang-orangan sawah merasa bersalah sebab ia ceroboh. Kalau saja ia tidak tidur ia pasti bisa mengetahui pelaku perusakan ini. Orang- orangan sawah pun bertekad tidak akan tidur malam ini. Ia penasaran.

Ditempatnya, kancil kembali mempersiapkan peralatan untuk nanti malam. Semuanya telah siap, ia siap menjalankan aksinya.

Kancil : “On the way to ladang, semoga aja si orang-orangan sawah ketiduran lagi.(sambil tertawa)

Diluar dugaan, ternyata si orang-orangan sawah malam ini begadang. Kancil yang sudah tertangkap basah tidak mungkin menghindar lagi.

Orang-orangan sawah : (menunjuk kancil) “nah ketauan ya, elu kan yang kemaren nyolong? Ngaku lu!”
Kancil : “lu pikir gue takut?!”
Orang-orangan sawah : “gue bilangin petani ya lu!”
Kancil : “bilangin aja sono, gue ga takut !” (kancil melanjutkan aksinya mencuri sayur dan buah)

Di pagi harinya, saat petani baru memasuki ladang, si Orang-orangan sawah sudah memanggil manggil namanya. Orang-orangan sawah ingin memberitahu petani tentang kejadian yang semalam.

Orang-orangan sawah : “PETANIIII…HEY PETANI…”
Petani : “ada apa manggil-manggil? Mau udah mau ngaku sekarang?”
Orang-orangan sawah : “ada yang ingin ku beritahukan kepadamu”

Orang-orangan sawah pun menceritakan kejadian semalam.

Petani : (sambil mengangguk-anggukan kepala) “rupanya begitu ya…”

Petani pun mulai mencari ide, ia pun menemukan ide bagus. 
Segera saja ia menyiapkan perangkat.
Dan ketika malam tiba, Orang-orangan sawah pura-pura tertidur agar si kancil tidak curiga dan tetap tidak waspada saat memasuki ladang. 

Orang-orangan sawah : (dalam hati) kena kau !
Kancil          : (kaget, tangannya tiba-tiba terikat tali) apa ini?? Tanganku…tanganku. Tolong…tolong…!!

Kancil memutar otak memikirkan cara untuk bisa melepaskan perangkap. Namun usahanya sia-sia. Sementara Orang-orangan sawah tertawa dalam hati, ia tidak sabar menunggu hari esok.

Esok paginya, petani datang dan menemukan kancil sedang tertidur dengan tali terikat ditangannya.

Orang-orangan sawah : (berteriak) “PETANIII…PETANIII… pelakunya sudah tertangkap.”
Petani : “benarkah? (memandang curiga kearah Orang-orangan sawah, petani masih menuduh Orang-orangan sawah).
Orang-orangan sawah : “bukan aku pelakunya, lihat itu (menunjuk kancil), si kancil itulah pelakunya.”
Petani : “kancil? Bagaimana bisa kancil masuk ke ladangku? Apa engkau tidak menjaga ladangku? (petani tetap marah).

Petani mendatangi kancil yang sedang tertidur dan langsung membentaknya.

Petani : “cepat bangun!!”
Kancil : (masih celingak-celinguk)
Petani : “bangun atau ku bunuh sekarang juga!”
Kancil : (sudah sadar) “aa..aampun petani, lepaskan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi.”
Petani : “kau pikir aku bodoh? Aku tak akan melepasmu. (melihat-lihat tubuh kancil) badanmu lumayan berisi, pasti enak untuk dijadikan makan malamku.”
Kancil : “jangan petani.. aku tidak siap. (memikirkan ide) badanku masih terlalu kurus jika engkau memang mau mengambil dagingku. Beri aku waktu seminggu untuk mengemukan badanku.”
petani : “aku tidak akan tertipu olehmu, bagaimana bisa badanmu akan menjadi gemuk dalam seminggu, kau pasti bohong, yang ada dalam seminggu ke depan engkau akan bertambah kurus.”
kancil : “tidak akan petani, tentu jika kau memberiku makanan bergizi.”
Petani : “seminggu memberimu makanan gratis enak saja!”
Kanci l : “kalau begitu, beri aku waktu 5 hari, bagaimana?”
Petani : “ tidak bisa, sore ini juga akan ku potong.”
Kancil : “ku mohon petani, beri aku waktu lebih lama.”
Petani : (berpikir sejenak) “baiklah dua hari. Dimulai dari hari ini.”

Petani kemudian langsung pergi meninggalkan ladang, sebelum pergi petani memberikan kancil makanan dan meminta maaf kepada Orang-orangan sawah. Walau masih sakit hati tapi orang-orangan sawah memaafkan petani.

Ditempat lain, kancil belum memakan makanannya, ia memikirkan cara untuk bisa lepas dari perangkap si petani. Lalu tiba – tiba lewatlah si kambing.

Kancil :”Mbing…Kambing … sini deh?”
Kambing         : (sambil menengok ke kanan dan ke kiri) “suara apa itu? jangan-jangan hantu . iiii serem. Kabur ah!”
Kancil : “eh mbing tunggu, ini gue kancil !”
Kambing         : (menengok ke arah kancil) “rupanya elu ncil, gue kira suara siapa, bikin takut gue aja. Eh tapi lu ngapain disini?”
Kancil : “gini mbing...gue dapet tawaran dari si petani buat jagain ini ladang, katanya buat gantiin Orang-orangan sawah. Jadi sekarang gue lagi training dulu mbing. Nah si petani ternyata masih kekurangan penjaga nih mbing, lu mau ga jadi penjaga juga? Enak loh mbing disini, banyak makanan, nih liat makanan gue aja banyak. Tapi gue ga sanggup makan udah kenyang. Gimana mbing mau ga?”
Kambing        : “gue curiga nih... masa ia ditraining sambil diiket tangannya. Bohong ya lu? Ah udahlah gue ada perlu, bye bye kancil!” (langsung berlari menjauhi si kancil)
Kancil : “gagal deh gue”

Hari pertama sudah berlalu, sekarang sudah memasuki hari kedua. Kancil semakin cemas, ia takut juga kalau sampai ia dipotong. Namun tiba-tiba muncullah secercah harapan. Si monyet sedang jalan-jalan dan dia melewati si kancil.

Kancil : “sssttt... sssttt... monyet... monyet !”
Monyet         : (mencari sumber suara yang memanggilnya) “suara apa itu? Jangan-jangan...”
Kancil : “disini...disini...ini gue kancil”
Monyet         : (menghampiri kancil) “ elu toh, gue kira siapa? Lu lagi ngapain disini?”
Kancil : “gue lagi di training nih sama petani.”
Monyet         : “kok bisa ?”
Kancil : “bisa dong. Gue gitu loh. Eh gue kan lagi ditraining buat gantiin si orang-orangan sawah nih, nah si petani lagi kekurangan penjaga. Lu mau ga? Di sini enak loh, tiap hari dapet makan enak, gratis !”
Monyet         : “hmmm.. boleh tuh.”
Kancil : “kalo gitu sini, sekarang masukin dulu tangan lu ke sini, gue mau ijin ke toilet sebentar, lu disini dulu ya.”
Monyet         : “oke boss.”

Kesempatan ini pun tak disia-siakan si kancil untuk kabur. Dengan  cepat ia melarikan diri, meninggalkan si monyet seorang diri disana.

Seminggu setelah peristiwa itu pun berlalu... kancil iseng berjalan-jalan di sekitar ladang. Ia kaget bukan kepalang saat menemukan monyet masih tetap hidup, bahkan badan si monyet bertambah gemuk sekarang, mukanya juga bahagia. Ada apa sebenarnya?

Kancil : (memandang si monyet) “hey kawan... apa kabar? Sudah lama tidak bertemu.”
Monyet         : “eh elu ncil, kabar gue baik. Emang lu ga ngeliat nih muka gue bahagia banget. Kabar lu gimana? Makin kurus aja sekarang.”
Kancil : “kabar gue biasa aja.”
Monyet         : “kemarenan lu tega banget ya sama gue, untung gue ga jadi dibunuh .”
Kancil : (merasa tidak enak) “maaf in gue nyet, abisan gue juga takut.”
Monyet         : “untung aja gue ga jadi dibunuh, petani suka sama tingkah gue katanya sayang kalo gue dibunuh jadi gue dipelihara deh sama petani. Liat nih badan gue , sehat kan? Makasih banget ya ncil, berkat lu hidup gue jadi bahagia.”
Kancil : (berpikir sejenak, heran) “loh kok bisa ya?”
Monyet         : “gue juga awalnya heran, gue tanya kenapa si petani akhirnya ga jadi ngebunuh gue, terus dia bilang karena gue rajin senyum ncil”
Kancil : (kembali berpikir) “masa sih?”
Monyet         : “beneran ncil, elu waktu disini sering cemberut mulu kan? Makanya si petani bawaannya pengen buru motong elu ncil. Kalo gue jadi elu, gue nyesel dah, nyia-nyian kesempatan bagus. Bayangin aja ncil, disini asal lu rajin senyum, makanan udah disediain, ga perlu susah-susah nyari ke sana ke mari.”
Kancil : (mulai tertarik) “wah enak tuh kayaknya?”
Monyet       : “emang beneran enak ncil, tapi sayang petani ga lagi ngebutuhin tambahan.”
Kancil : (menyesal) “sayang banget.”
Monyet       : (dengan muka datar) “salah sendiri.”
Kancil : “eh nyet, elu ga bosen apa tinggal disini mulu?”
Monyet         : (menggeleng) “sama sekali engga, disini kan enak.”
Kancil : (merayu) “lu ga kangen sama temen-temen lu, kasian tuh si kambing ga punya temen.”
Monyet : “kangen sih, udah lama gue ga ketemu, tapi...kalo sampe ketauan gue ga ada disini nanti gue ga boleh lagi kesini.” (Sedih)
Kancil : “tenang aja, gue bisa gantiin lu kok.”
Monyet          : “ah engga ah, ntar malah elu lagi yang jadi hewan piaraan.”
Kancil : “nah makanya lu perginya jangan lama-lama.”
Monyet         : (mikir) “hmmm...”
Kancil : “duh lama nih , udah sini talinya, biar gue yang sementara gantiin.”
Monyet         : “bener nih ncil?” (memberikan talinya kepada kancil)

Lepaslah tali perangkap itu dari si monyet. Setelah memastikan kancil benar-benar terikat dengan tali. Si monyet pun segera memanggil petani.

Monyet       : “PETANII..PETANI... kancil sudah kembali. Aku bebas. Horeee.”
Petani : “mana si kancil ?”
Monyet         : (menunjuk ke arah kancil) “itu. Tertipu kau kancil. Hahha.” 
Kancil : (bingung) “ada apa ini?”
Petani : “kena kau kancil ! aku sudah lama menunggumu!”
Kancil : (tetap tersenyum, mengikuti saran si monyet)
Petani : (mengeluarkan golok) “habislah engkau sekarang”
Kancil : “loh..loh?”
Petani : (mengarahkan golok ke kancil)

Si kancil pun tewas.

Amanat dari cerita ini adalah janganlah kita menanam sifat buruk karena akan membuahkan yang buruk juga. 

Sekian Dan Terima Kasih

No comments:

Post a Comment